Kisah Sukses Chairul Tanjung , Anak Singkong, seorang pedagang serabutan yang berhasil menjadi orang terkaya ke-6 di Indonesia 2010.
Kisah Sukses Chairul Tanjung
Chairul Tanjung, anak dari pasangan Halimah dan Abdul Ghafar Tanjung yang saat itu berprofesi sebagai seorang wartawan masa orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah minim.
Dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1962 di Sibolga, dari kondisi kalangan menengah ke bawah.
Ia bersama orangtua dan keenam saudaranya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke kamar losmen yang sempit.
Jenjang pendidikan ia tempuh sampai tamat, mulai dari SD dan SMP Van Lith, Jakarta pada 1975, SMA Negeri 1 Boedi Oetomo pada 1981, dan berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia pada 1987.
Tidak sampai disitu, ia pun berhasil mengambil gelar MBA-nya dari Executive Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM) pada 1993.
Demi membiayai kebutuhan kuliahnya, ia pun berdagang buku-buku kuliah, fotokopi, hingga jasa pembuatan kaos.
Ia juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di Jakarta Pusat walaupun pada akhirnya mengalami kebangkrutan.
Dalam kondisinya yang kurang menguntungkan, ia tetap gigih dalam bekerja dan menyelesaikan bangku kuliahnya, bahkan ia mendapatkan penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional tahun 1984-1985.
Lika-liku Kehidupan Si Anak Singkong
Kegagalannya dalam membangun bisnis, tidak membuatnya patah semangat.
Ia mencoba membuka usaha kontraktor walaupun ia tetap mengalami kebangkrutan, hingga membuatnya harus bekerja di perusahaan baja dan sempat pindah ke perusahaan rotan.
Setelah lulus kuliah, Chairul Tanjung bersama dengan tiga rekannya memulai sebuah bisnis pembuatan sepatu anak-anak ekspor yang diberi nama PT Pariarti Shindutama.
Modal awalnya sebesar Rp 150 juta yang dipinjam dari Bank Exim dapat menghasilkan 160 ribu pasang sepatu dari Italia.
Bisnis bersama ini pun nyatanya berhasil maju pesat.
Sangat disayangkan, kerja sama mereka mendapat jalan buntu karena perbedaan visi dalam hal ekspansi usaha.
Hal ini pun membuat Chairul Tanjung memutuskan untuk memisahkan diri dari rekan-rekannya tersebut dan mendirikan bisnis sendiri.
Mulai Menapaki Tangga Kesuksesan
Sosoknya yang mau berkawan dengan siapapun, bahkan dengan petugas pengantar surat, membuat perkembangan usahanya semakin lancar.
Relasi dibangun dengan berbagai perusahaan, baik yang sudah ternama bahkan yang tidak terkenal sekalipun.
Ia mengarahkan bisnisnya ke konglomerasi (perusahaan yang punya beragam bisnis dan memungkinkan tidak ada kaitan antara satu sama lain) dengan mereposisikan dirinya kepada tiga bisnis inti, yaitu Keuangan, Properti, dan Multimedia.
Perusahaan konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahi beberapa sub-holding, yaitu Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
Oleh karena perkembangan bisnisnya, ia pun lebih senang mengakuisisi perusahaan dibandingkan membangun bisnis karena tidak adanya waktu untuk membangun usahanya dari nol.
Titik Puncak Kesuksesan
Saat ini, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang keuangan, di antaranya Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Mega Finance.
Ia juga memegang perusahaan Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.
CT Corp juga memiliki Bandung Supermall yang kini berubah menjadi Trans Studio Mall yang diluncurkan sebagai Central Business District pada 1999 dengan luas 3 hektar dan menghabiskan dana Rp 99 miliar.
Dalam usaha mengembangkan sayapnya di dunia penyiaran dan multimedia, ia memiliki Trans TV, Trans7, Mahagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.
Sedangkan dalam bidang bisnis dan investasi, perusahaannya membeli sebagian besar saham Carrefour Indonesia sebesar 40% melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.
Perkembangan bisnisnya yang semakin menanjak tidak lepas dari usahanya berjejaring dengan berbagai kalangan.
Kepiawaiannya dalam berjejaring dengan berbagai kalangan, membuatnya berhasil dalam menemukan mitra-mitra kerja yang handal.
Dalam melakukan kerjasama, ia tidak enggan untuk melakukan transaksi dengan perusahaan kecil sekalipun.
Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Sumber : finansialku.com