Indonesia Yang Kuat Dimulai Dari Literasi Finansial
Perkembangan ekonomi baik nasional maupun global membuat pendapatan per kapita Indonesia meningkat setiap tahunnya. Peningkatan pendapatan ini juga berpengaruh terhadap pengeluaran per kapita penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui kegiatan survei rutin tahunannya yaitu SUSENAS menemukan bahwa mulai terjadi pergeseran alokasi pengeluaran per kapita penduduk Indonesia.
Bagi penduduk perkotaan, alokasi pengeluaran didominasi oleh pengeluaran untuk non makanan. Pada tahun 2015, alokasi pengeluaran non makanan penduduk perkotaan rata-rata sekitar 57.45%. Alokasi pengeluaran non makanan ini meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 49.34% dan tahun 2014 sebesar 55.07%.
Berbeda dengan penduduk pedesaan yang sebagian besar pengeluarannya digunakan untuk keperluan makanan. Namun dalam rentang tahun 2013-2015, alokasi pengeluaran non makanan bagi penduduk pedesaan mulai meningkat. Pada tahun 2013, alokasi pengeluaran non makanan 40.82%, tahun 2014 menjadi 41.19% dan tahun 2015 meningkat lagi menjadi 44.37%. Penduduk pedesaan terlihat mulai mampu memenuhi kebutuhan hidup lain selain makanan sebagai kebutuhan pokok untuk makan.
Namun, apakah dengan alokasi pengeluaran non makanan yang lebih besar penduduk Indonesia sudah bisa mengalokasikan pengeluarannya dengan benar dan maksimal? Itu yang masih jadi pekerjaan rumah besar buat kita semua.
Jumlah kredit yang diberikan kepada bukan badan usaha terus meningkat setiap tahunnya. Publikasi Statistik Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh OJK menyebutkan peningkatan kredit tersebut ternyata juga diikuti dengan peningkatan nilai Non Performing Loan (NPL) untuk beberapa jenis kredit bukan badan usaha.
Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) juga menunjukkan ada peningkatan jumlah penggunaan kartu kredit di Indonesia, yang diikuti dengan peningkatan transaksi dan nilai transaksi menggunakan kartu kredit.
Dari sisi simpanan/saving, ternyata masih banyak penduduk Indonesia yang belum banyak mengetahui produk – produk keuangan. Generasi milenial sebagai generasi emas Indonesia di masa depan ternyata hanya mengetahui beberapa produk keuangan yang standar.
Survei yang dilakukan oleh Alvara, menunjukkan bahwa produk keuangan yang paling banyak diketahui dan digunakan oleh generasi milenial adalah tabungan. Padahal masih ada beberapa produk keuangan lain yang bisa digunakan untuk simpanan ataupun investasi. Meskipun demikian, ternyata sebagian besar generasi milenial sudah mulai melakukan perencanaan keuangan, meskipun tidak dijelaskan secara rinci bagaimana bentuk perencanaan keuangan yang dilakukan.
Melihat fenomena di atas, literasi finansial dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Peningkatan pendapatan yang tidak diikuti dengan perencanaan keuangan yang tepat tentu hanya akan meninggalkan penyesalan di hari tua. Apa yang bisa kita lakukan melihat kenyataan ini?
Berbagai lembaga financial planning sudah ada di Indonesia, salah satunya adalah QM Financial yang tahun 2017 ini sudah berusia 14 tahun.
Selama 14 tahun ini QM Financial sudah berusaha memberikan literasi finansial kepada berbagai segmen di Indonesia. Mulai dari karyawan, guru bahkan buruh migran Indonesia yang bekerja di luar negeri. Informasi-informasi tentang literasi finansial diberikan oleh QM Financial melalui beberapa media seperti seminar, workshop, website dan media sosial sungguh memberikan banyak pencerahan buat saya.
Dari berkenalan dengan QM Financial, saya jadi punya beberapa produk keuangan, seperti deposito, reksadana, sukuk dan logam mulia. Yang pasti dalam membeli produk keuangan, tentukan dulu “Tujuan Lo Apa?”. Tidak boleh asal-asalan membeli karena kalap atau impulsif saja.
Literasi keuangan tentu seharusnya tidak hanya berhenti di kita sendiri saja. Menguatkan Indonesia bisa kita mulai dengan diri kita sendiri. Lalu mengajak orang sekitar kita bersama-sama.
Berbagi ilmu itu indah dan menyenangkan. Setelah bisa menerapkan beberapa tips keuangan dari QM Financial, kita harus bisa mulai berbagi ilmu dan tips kepada orang sekitar.
Bagi kita yang bukan financial planner, jangan berpangku tangan. Kita dapat membagikan informasi secara sederhana, antara lain :
- Melakukan reshare informasi dari akun media sosial resmi dari QM Financial.
QM Financial sendiri punya berbagai media sosial mulai dari Facebook, Twitter sampai Instagram. Daripada media sosial yang kita punya kita gunakan untuk nyinyir ga jelas, ada baiknya kita gunakan untuk reshare artikel bermanfaat dari QM Financial. Kalau saya, poster-poster terkait kegiatan QM Financial saya tambahi caption “Iklan Layanan Masyarakat”, bentuknya memang iklan, tapi berguna buat masyarakat kan?
- Menuliskan pengalaman pribadi tentang perencanaan keuangan di media sosial atau blog pribadi.
Berbagai pengalaman kita menerapkan perencanaan keuangan sebaiknya tidak dinikmati sendiri. Menuliskannya dalam media sosial atau blog pribadi kita tentu lebih bermanfaat buat orang lain. Yang pasti dalam menuliskan pengalaman keuangan kita, sebisa mungkin jangan menyebutkan nomimal atau jumlah, tulis saja semuanya dalam bentuk sekedar ilustrasi. Karena kadang kita sendiri melakukan pamer (atau dalam bahasa Arab-nya riya) secara tidak sadar.
- Memberi saran keuangan orang sekitar jika dibutuhkan, tanpa menggurui
Tanpa bersikap menggurui, ada baiknya kita coba mengingatkan teman sekitar kita yang dirasa kebablasan dalam keuangan. Misalkan ketika teman kita tertarik untuk apply kartu kredit lagi padahal dia sudah punya banyak. Bisa coba diingatkan “Yakin, mau nambah lagi?”
- Memberi info-info terkait diskon
Namanya perempuan pasti suka sama kata “diskon”. Menggunakan diskon dengan maksimal juga bermanfaat dalam perencanaan keuangan. Dengan memberikan informasi diskon kepada orang sekitar kita tentu bisa membantu mereka untuk memaksimalkan keuangan mereka. Kalau saya sendiri banyak berbagi diskon tentang tiket, kopi dan toko buku, sesuai dengan hobi saya.
Yuk setelah mulai menguatkan keuangan kita sendiri, kita mulai bersama-sama menguatkan keuangan orang sekitar kita, untuk bisa menguatkan Indonesia.
sumber : qmfinancial.com